Home BeritaBitcoin Pemerintah AS Jual Bitcoin Rp65 Triliun, Tandai Era Baru Adopsi?

Pemerintah AS Jual Bitcoin Rp65 Triliun, Tandai Era Baru Adopsi?

by Tatjana
6 minutes read

Peter Schiff baru-baru ini angkat bicara di media sosial mengomentari keputusan pemerintah AS menjual sejumlah besar Bitcoin. Pemerintah berencana menjual 69.370 Bitcoin senilai sekitar US$4,3 miliar yang disita dari pasar daring Silk Road. Schiff yang dikenal karena pandangannya yang kontra terhadap Bitcoin, memberikan opininya melalui unggahan sarkastik yang ditujukan pada Michael Saylor selaku CEO MicroStrategy. Schiff menyarankan agar Saylor meminjam dana sebesar US$4,3 miliar untuk membeli Bitcoin dari pemerintah.

Hal ini memicu banyak reaksi daring dari kedua sisi pendukung Bitcoin. Banyak pendukung Bitcoin yang segera memberikan tanggapan dan membela nilai mata uang kripto tersebut. Akan tetapi, Schiff bergeming pada pendiriannya bahwa emas adalah penyimpan nilai yang lebih baik ketimbang Bitcoin.

Bitcoin yang dijual oleh pemerintah AS awalnya merupakan hasil sitaan dari Silk Road, pasar daring yang sebelumnya beroperasi dan memperdagangkan barang ilegal. Setelah bertahun-tahun pertarungan hukum, Mahkamah Agung mengeluarkan putusan yang mengizinkan pemerintah menjual Bitcoin tersebut. Saran sarkastik Schiff agar Michael Saylor meminjam dana untuk membeli Bitcoin merupakan sindiran atas investasi Bitcoin yang dilakukan Saylor di masa lalu.

Perusahaan milik Michael Saylor, MicroStrategy, telah membeli Bitcoin dalam jumlah besar sejak tahun 2020. Perusahaan itu baru saja membeli 7.420 Bitcoin sehingga total kepemilikan mereka kini lebih dari 252.000 keping. Total nilai koin itu sekitar US$16 miliar. Schiff telah lama mengkritik strategi ini dan menyebutnya sebagai perjudian berisiko.

Keputusan pemerintah AS untuk menjual Bitcoin ini merupakan hal yang signifikan, karena merupakan salah satu penjualan Bitcoin dalam jumlah terbesar yang pernah dilakukan oleh pemerintah mana pun dalam sejarah. Penjualan tersebut dapat memberikan dampak besar terhadap pasar dan mungkin kembali memicu perdebatan mengenai nilai dan masa depan Bitcoin sebagai aset.

Peter Schiff dikenal karena pendiriannya yang negatif terhadap Bitcoin. Ia berpendapat bahwa emas merupakan investasi yang lebih baik, karena memiliki nilai riil. Menurut Schiff, nilai Bitcoin didasarkan pada spekulasi, bukan pada aset nyata apa pun. Selama bertahun-tahun, ia berpendapat bahwa orang terlalu percaya pada Bitcoin dan mengabaikan rekam jejak emas yang telah terbukti.

Akan tetapi, para pendukung Bitcoin berpendapat bahwa Bitcoin memiliki sejumlah keunggulan dibanding emas. Seorang pengguna Twitter menyoroti enam properti utama Bitcoin: daya tahan, portabilitas, divisibilitas, fungibilitas, kelangkaan, dan akseptabilitas. Mereka juga menyebutkan properti ketujuh yang unik dimiliki oleh Bitcoin: imutabilitas, artinya Bitcoin tidak dapat diubah atau dibatalkan setelah disimpan di blockchain. Argumen ini memicu diskusi lebih lanjut mengenai apakah Bitcoin merupakan sebuah bentuk “uang keras” yang serupa dengan emas.

Meskipun ada argumen-argumen tersebut, Schiff tetap tidak yakin. Ia menegaskan bahwa Bitcoin tidak memiliki properti yang paling penting: nilai riil. Bagi Schiff, fakta bahwa emas telah digunakan sebagai uang selama ribuan tahun menjadikannya lebih unggul dari Bitcoin. Ia juga berpendapat bahwa meningkatnya popularitas Bitcoin disebabkan oleh kesalahpahaman mengenai nilai sebenarnya.

Sementara Schiff terus mengadvokasi emas, banyak pihak di dunia investasi yang melihat Bitcoin sebagai kompetitor yang kuat. Sejak awal kemunculannya, Bitcoin telah mengalami pertumbuhan nilai yang sangat pesat, meskipun masih menjadi aset yang volatil. Saat ini, Bitcoin bernilai lebih dari US$62.000 per keping. Harga setinggi itu menarik perhatian banyak investor institusi yang sedang mencari cara baru untuk melakukan diversifikasi portofolio mereka.

Salah satu nilai tarik utama Bitcoin adalah potensinya sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Dengan menurunnya daya beli dolar AS dari waktu ke waktu, banyak investor beralih ke Bitcoin sebagai cara untuk melindungi kekayaan mereka. Pasokan Bitcoin yang ditetapkan sebesar 21 juta keping menjadikannya menarik bagi mereka yang mengkhawatirkan pencetakan mata uang fiat yang tak terbatas.

BlackRock, salah satu perusahaan pengelola aset terbesar di dunia, telah secara terbuka mendukung Bitcoin sebagai bagian dari portofolio investasi yang seimbang. Menurut Jay Jacobs, kepala ETF tematik dan aktif di BlackRock, Bitcoin telah mencapai tingkat legitimasi institusi yang menjadikannya opsi yang layak untuk investasi jangka panjang. Jacobs menekankan bahwa meskipun harga Bitcoin berfluktuasi, kinerja jangka panjangnya menjadikannya salah satu aset terbaik untuk melindungi nilai terhadap inflasi.

BlackRock juga mempermudah investor institusi untuk mendapatkan eksposur terhadap Bitcoin melalui ETF spot mereka. Dana yang diperdagangkan di bursa ini memungkinkan para investor untuk mengikuti harga Bitcoin tanpa harus memiliki mata uang kripto itu secara langsung. Ini menarik bagi dana-dana besar karena menghilangkan kebutuhan untuk mengelola dompet kripto dan menangani ketidakpastian hukum seputar Bitcoin.

Sejak diluncurkan pada Januari 2024, ETF IBIT milik BlackRock telah menarik investasi senilai miliaran dolar, dengan total nilai aset bersih sebesar US$22,56 miliar. Angka ini mewakili hampir 2% dari total pasokan Bitcoin. Kinerja ETF tersebut mencerminkan harga Bitcoin dan menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 35% sejak diluncurkan.

Keberhasilan ETF Bitcoin milik BlackRock merupakan faktor utama dalam melegitimasi Bitcoin sebagai sebuah aset. Semakin banyak investor institusi yang mulai melihat Bitcoin sebagai penyimpan nilai yang dapat diandalkan, seperti halnya emas atau obligasi pemerintah AS. Bahkan, Bitcoin kini mulai dibandingkan dengan aset safe haven tradisional seperti emas dan obligasi pemerintah.

Saat membandingkan Bitcoin dengan aset tradisional lainnya seperti emas dan obligasi, terdapat perbedaan yang jelas. Obligasi dipandang sebagai salah satu investasi teraman karena memberikan imbal hasil yang stabil dengan risiko yang rendah. Akan tetapi, obligasi juga rentan terhadap inflasi yang dapat mengurangi nilainya seiring waktu. Emas telah digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi selama berabad-abad, tetapi biayanya untuk penyimpanan dan pengelolaannya tinggi.

Di sisi lain, Bitcoin menawarkan sejumlah keunggulan. Bitcoin memiliki pasokan tetap, pengelolaan yang terdesentralisasi, dan biaya penyimpanan yang rendah dibandingkan dengan emas. Meskipun Bitcoin lebih volatil dibandingkan obligasi atau emas, Bitcoin berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Akan tetapi, kapitalisasi pasarnya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan emas atau obligasi pemerintah AS. Kapitalisasi pasar emas sekitar US$14 triliun, sementara Bitcoin mendekati US$1,3 triliun. Ukuran yang lebih kecil ini membuat Bitcoin menjadi investasi yang lebih berisiko, tetapi juga memiliki ruang yang lebih besar untuk pertumbuhan.

Terlepas dari perdebatan yang terus berlangsung antara pendukung Bitcoin dan pengkritik seperti Peter Schiff, peran Bitcoin sebagai sebuah investasi terus berkembang. Fakta bahwa pemerintah AS menjual Bitcoin dalam jumlah yang sangat besar menunjukkan seberapa jauh mata uang kripto itu telah berkembang dalam hal penerimaan arus utama. Sementara itu, pengelola aset besar seperti BlackRock menambahkan Bitcoin ke portofolio mereka, yang menunjukkan keyakinan terhadap potensi masa depannya.

Akankah Bitcoin akhirnya melampaui emas sebagai aset safe haven? Kita lihat saja nanti. Namun untuk saat ini, jelas bahwa Bitcoin telah mengamankan posisinya di dunia finansial sebagai sebuah aset yang unik dan berharga. Seiring semakin banyak pemerintah dan institusi yang mulai mengadopsi Bitcoin, perdebatan mengenai nilainya mungkin akan terus berlanjut, tetapi pengaruhnya terhadap pasar global juga akan terus berlanjut.

You may also like

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More